Lakukan hobi, sehatkan mental

DIY – Dosen Prodi Biologi, Dr. Isma Kurniatanty, S. Si., M. Si. diundang untuk menjadi narasumber pada Ngobras Seri ke-11 Biologi dan hobi #1 “Praktikum: dari lab ke dapur” Fakultas Biologi UGM. Acara ini dilakukan secara live streaming melalui channel Youtube Kanal Pengetahuan Fakultas Biologi UGM pada hari Selasa, 29 Juni 2021 pukul 19.30 WIB.
Bagi para narasumber, memasak terasa seperti praktikum di laboratorium dimana kita perlu memilih alat dan bahan, menimbang secara teliti, mencampurkan bahan-bahan dengan benar, serta mengolahnya menjadi produk yang diinginkan. Selain itu, pada saat baking terdapat proses fermentasi dan perlu adanya optimasi agar resep yang dibuat berhasil. Dengan demikian, ilmu-ilmu yang didapatkan pada saat praktikum dapat diterapkan pada saat memasak.
“Sebenarnya hobi memasak saya muncul saat saya bekerja.. karena saat kuliah saya hanya kupu-kupu (kuliah pulang, kuliah pulang). Saya terpaksa menyiapkan bekal sendiri saat bekerja.. sehingga dimulailah hobi tersebut (memasak-red)”, kenang Isma.
“Di masa pandemi ini tentunya banyak yang stres.. semua orang sedang mengalami masa sulit.. sehingga saya sarankan untuk melakukan hal-hal yang disukai karena sesuatu yang kita sukai itu akan membuat hati lebih gembira serta bisa meringankan beban yang kita rasakan”, ungkapnya.
Melakukan suatu hobi merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi stress yang kita rasakan. *Al-Qur΄an membimbing manusia untuk hidup sehat secara jasmani dan rohani. Ciri-ciri seorang Muslim yang sehat mentalnya antara lain:
1. Memiliki iman yang menjadi landasan semua sikap dan tingkah lakunya
Iman yang terpatri di dalam kalbu manusia harus menjadi landasan utama semua sikap dan tingkah laku sehari-hari. Hanya Muslim yang memfungsikan imannya sebagai kendali kehidupan yang tetap memiliki martabat sebagai manusia mulia. Orang-orang beriman memiliki sandaran kuat ketika mengalami badai krisis paling berat sekalipun karena bebannya bisa “dilimpahkan” kepada Walinya (pelindung), yaitu Allah subhanahu wa ta‘ala.
2. Mampu membebaskan dirinya dari penyakit-penyakit hati
Penyakit-penyakit hati yang sering menghinggapi manusia merupakan sumber-sumber gangguan mental. Terdapat banyak penyakit hati dalam literatur Islam, antara lain: dengki (al-hasad), dendam (al-hiqd), buruk sangka (su’uz-zann), pamer (riya’), sombong (takabbur), tamak, dan lain-lain. Salah satu di antara penyakit-penyakit hati itu yang sering menghinggapi manusia adalah iri hati (dengki, hasad). Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mewaspadai iri hati sebagai ‘predator’ (pemangsa) rakus terhadap kebaikan.
3. Mampu beradaptasi terhadap kenyataan (kesuksesan dan kegagalan)
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berhadapan dengan berbagai kondisi. Jika seorang Muslim menerima suatu kesenangan maka ia bersyukur dan bila mendapat kemalangan maka ia bersabar. Semua yang terjadi pada dirinya dimaknai sebagai cobaan dari Allah subhanahu wa ta‘ala.
4. Mampu memperoleh kepuasan dari upaya perjuangan hidupnya
Hidup adalah perjuangan (al-hayat jihad). Jargon ini memotivasi manusia untuk terus berupaya dalam kehidupan. Agama Islam mengajarkan agar manusia mau bekerja dan berusaha mencari karunia dari Allah subhanahu wa ta‘ala, bahkan dipromosikan agar segera setelah selesai salat (Jumat) terus menyebar di bumi mencari karunia Allah.
5. Lebih senang memberi daripada menerima
Al-Qur΄an mendorong manusia untuk selalu memberi (berbagi) kepada orang lain yang membutuhkan dan tidak dijumpai satu ayat pun yang memerintahkan manusia untuk menerima apalagi meminta-minta. Al-Qur΄an menganggap orang-orang yang tidak mau peduli dan berbagi kepada fakir miskin serta anak yatim sebagai pendusta agama.
6. Mampu menjalin hubungan dengan orang lain dan saling menguntungkan.
Manusia adalah makhluk sosial. Ia butuh berkomunikasi, mencintai dan dicintai, berafiliasi dengan orang yang seirama dengannya, dan kemudian mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Semua itu membutuhkan keberadaan orang lain. Persahabatan, pergaulan, kerja sama, tolong menolong, adalah naluri kemanusiaan yang harus tetap diwujudkan dan dipelihara.
7. Bebas dari kecemasan
Seorang Muslim hendaknya selalu berupaya agar ia bisa membebaskan dirinya dari belenggu kecemasan, yaitu dengan selalu bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta‘ala dalam semua urusan dan menerima apa pun yang terjadi setelah ia berupaya optimal. Ia selalu berprinsip bahwa kalua Allah subhanahu wa ta‘ala menghendaki maka que sera sera! (yang mau terjadi, terjadilah!).
8. Mampu mengarahkan permasalahan menjadi penyelesaian konstrukrif
Orang-orang yang sehat mental berupaya mengalihkan masalah menjadi hal-hal yang konstruktif. Sebab, jika ada tekad untuk keluar dari suatu masalah, maka di sana pun ada pertolongan Allah subhanahu wa ta‘ala sebagaimana firman-Nya
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (at-Talaq: 2-3)
9. Memiliki rasa setia kawan terhadap sesama
*Berdasarkan Tafsir Al-Qur'an Tematik “Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur′an”, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur′an Tahun 2009
(Echi)