Belajar Bersama Warga Balirejo Tentang BIOTILIK

Yogyakarta - Sungai sebagai wadah air alami, sekaligus rumah bagi keanekaragaman hayati, semakin terkikis kualitasnya. Bahkan setiap limbah, sampah, maupun benda-benda sisa, akan dengan mudah kita temukan disepanjang aliran. Upaya tindakan restorasi sungai perlu segera dilakukan, diawali dengan mengetahui tingkat pencemaran ekosistem sungai, menggunakan metode BIOTILIK.
Mahasiswa Program studi Biologi UIN Sunan kalijaga, mulai mencermati keadaan lingkungan, salah satunya lingkungan sungai. Sudah beberapa kali, kegiatan pengamatan dilakukan di sungai, namun masalah kualitas eksositem sungai tidak lantas selesai dalam sekejap. Dalam rangkaian Pekan Raya Biologi tahun 2019 yang mengangkat isu lingkungan, disuguhkan dalam acara yang menarik, dan mahasiswa dapat menimba ilmu di tengah masyarakat. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 08 September 2019. Dalam acara bertajuk pengabdian masyarakat, mahasiswa duduk bersama dengan masyarakat kelurahan Balirejo, Kota Yogyakarta membicarakan tentang bagaimana keadaan sungai kita, dan bagaimana memantau kualitasnya.
Acara berlangsung di pendopo warga yang terletak tidak jauh dari sungai Gajah Wong. Kegiatan diawali dengan sambutan oleh bapak ketua RT 52. Kemudian dilanjutkan dengan bincang mengenai sungai yang disampaikanoleh Kelompok Studi Waterforum Kalijogo yaitu Muhammad Azzam. Topik utama yang didiskusikan yaitu tentang bagaimana melakukan monitoring atau pemantauan kualitas sungai, dengan metode yang mudah, murah serta sederhana. Kelompok Studi Waterforum Kalijogo memaparkan mengenai metode BIOTILIK (Memonitor Sungai menggunakan indikator Biota). Kelebihan dari metode ini adalah mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.
Sungai-sungai yang melintasi kota Yogya banyak tercemari oleh masukan bahan-bahan pencemar sejak dari hulu. Metode BIOTILIK dapat dilakukan dengan mengkategorisasi tingkat pencemaran yang terjadi apakah masih tercemar ringan, sedang maupun berat. Apabila masyarakat tahu di tingkat mana kualitas sungainya, maka akan mendorong kegiatan pelestarian ekosistem sungai secara intensif. Terlebih bilamana dilakukan pengecekan padasungai, dan hasilnya adalah sungai tercemar, maka gerakan meningkatkan kualitas sungai akan semakin massifdilakukan oleh masyarakat.
Upaya-upaya restorasi sungai, adalah dengan tidak membuang sampah di sungai, kemudian menjaga kehidupan tumbuhan pinggir sungai, serta menanam pohon di pinggir sungai. Selanjutnya acara diisi dengan berdiskusi, mendengarkan penjelasan kegiatan lingkungan yang sudah dilakukan oleh warga.
“Kami selalu melakukan kerja bakti secara rutin, namun warga yang bukan berasal dari sini, membuang sampah dengan mudahnya ke sungai. Ini yang menjadi masalah bagi lingkungan kami. Warga sekitar sungai sudah sangat menyadari dan berusaha menjaga sampahnya agar tidak masuk ke sungai, dan kegiatan bersih-bersih lingkungan pundilakukan” ungkap salah satu warga yang hadir.
Kemudian terselip harapan oleh warga, bahwa “Hasil-hasil riset tentang kajian lingkungan dan bagaimana meningkatkan kualitas air khususnya, supaya disosialisaskan , dan jika sudah diciptakan alat-alat hasil inovasi oleh mahasiswa untuk mengatasi permasalahan ini dapat segera diaplikasikan di tengah masyarakat”.